Minggu, 06 September 2009

Persaingan

"suka dan duka hari ini saya alami Guru."

"kenapa Anakku?" Tanya Guru Ukub.

"kawan saya, sejak masih sekolah dulu Guru. Kami sempat berpisah setelah selesai SMA, dia mengikuti Orangtuanya pindah kerja. Sampai akhirnya saya bertemu dia lagi di tempat kerja."

"Lucu sekali rasanya mengingat waktu itu. Dulu kami selalu bersaing dalam hal apapun, khususnya dalam hal pelajaran disekolah. Lucunya, karena hal itu saya selalu emosi dan kadang kami saling bermusuhan Guru, tapi saya akui memang dia selalu lebih unggul dari saya."

"Dan itu sampai sekarang. Sukanya, Hari ini kawan dekat saya itu naik jabatan dikantor. Dukanya, bukan saya yang menempati posisi itu. Memang calon yang akan menempati posisi itu adalah kami berdua. Tapi harus kembali saya akui, dari dulu bahkan sampai sekarang pun dia memang lebih pintar dari saya. Seolah-olah saya selalu menjadi bayangannya. Untungnya saya tidak seperti dulu yang harus menjadikannya musuh lagi" Ceritaku sambil tersenyum.

"Nak, memang, setiap orang itu memiliki naluri untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Tapi celakanya, kadang kita sering melihat pesaing kita itu sebagai musuh yang dapat merintangi kita untuk berbuat kebajikan. Melihat sesuatu yang sama atau bahkan lebih, sering dipandang sebagai sebuah ancaman. bila niat salah, bisa menghancurkan kita"

"Kita harus memiliki mental bersaing secara positif, kita harus menanggapi adanya saingan dengan senang hati. tak perlu emosional, Lihatlah dengan hati yang jernih. Pesaing itu adalah karunia Allah yang tak ternilai. Pesaing adalah sparring partner yang akan memacu kita agar lebih berkualitas."

"Lagi pula bayangan tidak selalu dibelakang Nak. Berputarlah, bayangan akan tepat berada di depanmu"

"Ingat Nak, Orang-orang yang suka iri hati, dongkol, sebel, kepada prestasi orang lain, biasanya tidak akan unggul. Berani bersaing secara sehat dan positif adalah kunci menuju gerbang sukses."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar