Minggu, 13 September 2009

Petani

Aku teringat perbincangan dengan seorang Ibu sewaktu aku dan Guru Ukub di bandara, Jadwal kami sama ke Jakarta.

Awalnya Guru yang bertanya kepada Ibu itu, "Ada acara apa Bu ke jakarta.?"

Ibu : "Oh, saya ke Jakarta, lalu "connecting flight" Ke Singapore Pak, nengokin anak saya yang Kedua."

"Hebat sekali Anaknya Bu." Sahut Guru Ukub.

"Ya, Hebat", Gumamku dalam hati. Tapi Ibu itu bilang anaknya yang Kedua di Singapore, pasti ada yang Pertama, Ketiga, Keempat dan seterusnya. Aku lanjut bertanya pada si Ibu.

"Tadi yang di Singapore Anaknya yang Kedua ya Bu? Bagaimana dengan Kakak & Adik-adiknya?"

"Benar, Nak yang Kedua." Jawab si Ibu. Kemudian dia bercerita; "Anak saya yang Ketiga seorang Dokter di Bandung, yang Ke-empat menjadi Arsitek di Surabaya, dan yang Kelima kepala Cabang Bank di Semarang."

Aku sempat terdiam, dan bergumam lagi dalam hati."Ibu ini sangat Hebat, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke Lima."

Tapi Anehnya Ibu itu tidak menceritakan Anak Pertamanya, dan sepertinya Guru Ukub mengerti.

Guru Ukub lalu meLanjutkan bertanya kepada Si Ibu. "Bagaimana dengan Anak Pertama Ibu..?"

Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ” anak saya yang pertama menjadi petani di Kalimantan Pak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.

itu membuat Aku kaget, Guru pun sepertinya begitu. Aku dan Guru Ukub segera meminta maaf pada Si Ibu. Dimataku sepertinya Ibu itu Kecewa.

“Maaf Ya Bu….Ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu?. Adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani. “

Guru memberiku tanda dengan menyenggol lutut kakiku dengan lutut kakinya, sepertinya aku salah berkata. Entah kenapa kata itu keluar sendiri dari mulutku.

Tapi jawaban Si Ibu yang ini lebih mengejutkan dari sebelumnya.

dengan tersenyum Ibu itu menjawab, ” tidak, tidak begitu nak.Justru saya sangat bangga dengan Anak Pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua Adik-adiknya dari hasil dia bertani”

Bukanlah Siapakah Kita, tetapi Apa Yang Sudah Kita Lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar