Minggu, 25 Juli 2010

Nenek Nggak Bisa Masuk Surga?

kami para tetangga baru saja datang melayat di Gang sebelah sore ini, seperti biasa aku dan Guru Ukub bersantai sejenak disini ditemani kopi susu panas dan gorengan panas yang kita beli diujung gang tadi.

"Semoga semua amal Ibadah beliau diterima disisi-Nya ya Guru"

"InsyaAllah" Sahut guru sambit menyeruput Kopi Susu.

Baru saja kugigit separo Gorengan Tahu isi ditangan kananku Guru berkata :
"apa kamu tau nak?, Nenek-nenek tidak akan masuk surga"

"hah?, maksud Guru?, kok bisa?".

"Santai saja Nak jangan Kaget begitu"

"begini Nak, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Beritahu kepadanya bahwa ia tidak memasuki surga dalam keadaan tua""

"Maksudnya begini, terlebih dahulu Allah akan menjadikan ia muda kembali. Dengan kata lain seluruh wanita penghuni surga usianya kira-kira seperti wanita berumur 33 Tahun"

"Ah Guru bisa saja." sambil aku lanjutkan memakan separuh gorengan tahu isi tadi dengan seculit sambel petis dan lombok hijaunya.

Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta, lagi sebaya umurnya" (al-Waaqi'ah:35-37)

Sabtu, 28 November 2009

Omong Kosong

"Hati-hatilah pada kata-kata," kata Guru Ukub. "Saat kamu kurang waspada, kata-kata itu akan menampakkan wujud aslinya, kata-kata itu akan memesonakan, memikat, menteror, membuat kamu tersesat dari kenyataan yang mereka wakili, membuat kamu mempercayai bahwa kata-kata itulah yang nyata."

Ketika Guru Ukub berbicara tentang daya hipnotis kata-kata itu, seseorang dari bagian belakang berteriak,

"Anda omong kosong! Jika saya mengatakan Allah, Allah, Allah, apakah itu akan membuat saya ilahi? Dan jika saya mengatakan Anjing, Anjing, Anjing, apakah itu akan membuat saya jahat?"

"Diam dan Duduk kau bajingan!" kata Guru.

Kontan saja, orang itu segera naik pitam. Mukanya merah padam. Ia terdiam sesaat, lalu dengan suara serak ia ungkapkan rasa tersinggung dan sakit hatinya.

Guru kelihatan menyesal sekali dan kemudian berkata,
"Maafkan saya, Tuan, saya memang khilaf. Saya sungguh-sungguh minta maaf atas kelancangan yang tidak termaafkan itu."

Orang itu segera menjadi tenang.

"Nah, kini kamu tahu jawabnya. Satu kata membuat kamu naik pitam dan yang lainnya menenangkan kamu," kata Guru.

*"Ketika kata-kata dan pikiran diheningkan, Alam Semesta berkembang - nyata, menyeluruh, dan satu dan kata-kata tampil sebagaimana mestinya, sebagai not - bukan musik, sebagai menu- bukan makanan, sebagai penunjuk arah - bukan tujuan perjalanan."