Sabtu, 28 November 2009

DIAM

Pagi ini aku ikut kepasar pagi bersama Guru Ukub untuk berbelanja bahan-bahan makanan untuk warungnya. "Ramai sekali pasar pagi ini" Gumamku dalam hati.

Tiba-tiba didepanku nampak Dua Orang yang sedang bertengkar ditengah jalan, seolah-olah sebagian kegiatan pasar terhenti dan tertuju ke mereka berdua. Yang satu memarahi, yang satu lagi hanya tunduk dan terdiam bisu.

Guru Ukub mempercepat langkahnya, kemudian mencoba merelai mereka.

"Pak, Sabar. Sudah. Tidak baik meneriaki orang seperti itu, apalagi ini kan pasar, banyak orang. Kalau saya boleh tahu memangnya kenapa bisa sampai seperti ini?" Tanya Guru Ukub pada Orang yang sedang Emosi itu.

Aku perhatikan Bapak satunya, dia tetap tunduk dan diam. Terlihat karung besar disampingnya. Aku tak tahu apa dalamnya, tapi menurutku sepertinya berat.

Bapak yang Emosi itu menceritakan kejadiannya pada Guru Ukub.

"Begini Pak, Orang ini membawa karungnya yang besar ini, tapi tidak hati-hati. Sampai membentur kepala saya dengan keras. Bagaimana saya tidak marah, rasanya benar-benar sakit Pak."

Guru Ukub melihat ke Pembawa karung, dan bertanya
"Benarkah yang dikatakan Bapak ini, Pak?"

Tapi Pembawa Karung tetap tunduk dan tetap diam.

Orang yang terbentur kepalanya itu terlihat geram, menjadi tambah Emosi melihat pembawa karung itu hanya diam saja.

"Hey pembawa karung!!! jawab pertanyaanya!! jangan diam saja daritadi !!"

"Sabar Pak". Sahut Guru Ukub.
"Sepertinya pembawa karung ini bisu, daritadi dia hanya diam saja." Guru Ukub menyimpulkan.
Karena memang benar, orang ini daritadi benar-benar diam membisu dan hanya menundukkan kepalanya.

Bapak yang emosi itu menyahut, sambil menuding pembawa karung.

"Tidak Mungkin. Dia ini tidak Bisu Pak, dari ujung sana tadi saya sudah sedikit terganggu, sambil memikul karung besar ini dipundaknya dia berteriak-teriak. " MINGGIR-MINGGIR BARANG BERAT MAU LEWAT", terus seperti itu. Sampai akhirnya disini saat saya sedang berbelanja, karung ini membentur belakang kepala saya."

"Ya memang, aku memang tadi sedikit mendengar teriakan itu" kataku.

Sambil tersenyum, Guru Ukub berkata pada Bapak yang emosi itu,

"Kalau Bapak mendengar teriakannya, mengapa Bapak tidak minggir?"
"Jika pembawa karung ini sudah memperingatkan, berarti pembawa karung ini tidak salah. Bapaklah yang kurang memperdulikan peringatannya.”


*Ada saatnya diam, Ada saatnya Berbicara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar